Saya, dan solo travelling. Hmmm...
Lupakan dulu SOLO travelling. Sekedar travelling atau ngetrip atau jalan-jalan saja saya itu cuman sesekali dalam beberapa tahun. Jujur.
Kenapa? Karena saya simply orang rumahan, walaupun saya laki-laki.
Nggak hanya itu, saya juga termasuk antisosial, yang nggak suka ngumpul-ngumpul rame-rame sama teman. Teman pun nggak yakin punya apa nggak, hehe...
Bukannya nggak menghargai mereka yang nganggep saya teman (sukur kalo ada :D), tapi saya sulit untuk nganggep orang-orang yang saya kenal itu sebagai "teman". Entah teman sekolah, rekan kerja, tetangga, dll.
Tapi kalaupun ada seseorang yang bikin saya ingin ngobrol bareng itu berarti dia punya nilai lebih di mata saya. Saya punya kepercayaan lebih pada dia.
Wahai orang-orang yang kenal saya, kalau ada yang baca ini, mohon maaf ya, tapi inilah saya..
Lupakan dulu SOLO travelling. Sekedar travelling atau ngetrip atau jalan-jalan saja saya itu cuman sesekali dalam beberapa tahun. Jujur.
Kenapa? Karena saya simply orang rumahan, walaupun saya laki-laki.
Nggak hanya itu, saya juga termasuk antisosial, yang nggak suka ngumpul-ngumpul rame-rame sama teman. Teman pun nggak yakin punya apa nggak, hehe...
Bukannya nggak menghargai mereka yang nganggep saya teman (sukur kalo ada :D), tapi saya sulit untuk nganggep orang-orang yang saya kenal itu sebagai "teman". Entah teman sekolah, rekan kerja, tetangga, dll.
Tapi kalaupun ada seseorang yang bikin saya ingin ngobrol bareng itu berarti dia punya nilai lebih di mata saya. Saya punya kepercayaan lebih pada dia.
Wahai orang-orang yang kenal saya, kalau ada yang baca ini, mohon maaf ya, tapi inilah saya..
Itu sedikit penggambaran diri saya. Untuk apa dijelasin? Sekedar narsis dong, haha..
Nggak deng. Tapi untuk ngasih gambaran seberapa hebatnya solo travelling buat saya. Itu juga fungsi tanda koma (,) di depan kata "Saya" pada judul post.
Nggak deng. Tapi untuk ngasih gambaran seberapa hebatnya solo travelling buat saya. Itu juga fungsi tanda koma (,) di depan kata "Saya" pada judul post.
So, dengan kepribadian surem seperti ini, sekedar bepergian aja is a big deal. Beneran.
Tapi, anehnya 3 bulan terakhir ini saya suka banget nget sama travelling.
Ada beberapa alasan.
Pertama, dari ucapan salah satu mantan rekan kerja dulu.
Dia laki-laki yang hobi naik gunung dan kita lumayan deket dan sering ngobrol juga. Suatu hari dia bilang begini (Sedikit didramatisir biar keren :p), "Bie (Nama panggilan saya), kamu itu terlalu sering di rumah. Keluarlah sekali-kali ngeliat alam."
Waktu itu respon saya cuman senyum sambil bilang dalem hati, "apaan sih..", begitu.
Entah kenapa itu omongan bertahun-tahun lalu malah nancepnya baru-baru ini.
Tapi, anehnya 3 bulan terakhir ini saya suka banget nget sama travelling.
Ada beberapa alasan.
Pertama, dari ucapan salah satu mantan rekan kerja dulu.
Dia laki-laki yang hobi naik gunung dan kita lumayan deket dan sering ngobrol juga. Suatu hari dia bilang begini (Sedikit didramatisir biar keren :p), "Bie (Nama panggilan saya), kamu itu terlalu sering di rumah. Keluarlah sekali-kali ngeliat alam."
Waktu itu respon saya cuman senyum sambil bilang dalem hati, "apaan sih..", begitu.
Entah kenapa itu omongan bertahun-tahun lalu malah nancepnya baru-baru ini.
Yang kedua, untuk membuktikan pada seseorang bahwa saya ini bisa.
Biasalah~ masalah hati, hehe..
Sekedar untuk menarik hati wanita. #ups
Tapi itu emang bener. Saya cuman mau nunjukin ke dia secara tersirat bahwa saya orang yang bisa diandalkan. Begitu.
Biasalah~ masalah hati, hehe..
Sekedar untuk menarik hati wanita. #ups
Tapi itu emang bener. Saya cuman mau nunjukin ke dia secara tersirat bahwa saya orang yang bisa diandalkan. Begitu.
Semuanya bermula lebaran lalu, sekitar pertengahan Juli 2016. Karena alasan di atas, saya berniat buat travelling ke jogja, tanpa ngajak rekan kerja, karena takut akan penolakan dan sindiran, hehe..
Maka dari itu saya putuskan untuk berangkat sendiri. Awalnya ragu dan bingung dan sedikit ada rasa malu juga. Kenapa? Karena sendirian. Takut nanti ada yang ngejek nggak punya teman atau apalah.
Tapi setelah browsing-browsing di internet, saya jadi tau kalau nggak hanya saya yang punya niat travelling sendiri. Malah sangat banyak. Malah banyak yang share ceritanya di blog. Malah bukan antisosial. Malah banyak yang menginspirasi.
Travelling sendirian ini kemudian saya tau istilahnya sebagai "Solo Travelling".
Begitu terkucilnya saya sampai hal seperti ini aja baru tau.
Maka dari itu saya putuskan untuk berangkat sendiri. Awalnya ragu dan bingung dan sedikit ada rasa malu juga. Kenapa? Karena sendirian. Takut nanti ada yang ngejek nggak punya teman atau apalah.
Tapi setelah browsing-browsing di internet, saya jadi tau kalau nggak hanya saya yang punya niat travelling sendiri. Malah sangat banyak. Malah banyak yang share ceritanya di blog. Malah bukan antisosial. Malah banyak yang menginspirasi.
Travelling sendirian ini kemudian saya tau istilahnya sebagai "Solo Travelling".
Begitu terkucilnya saya sampai hal seperti ini aja baru tau.
So, dengan pengetahuan itu, saya jadi yakin dan pede buat travelling sendiri.
Berangkatlah saya ke jogja selama libur lebaran, tanpa memberi tau siapapun kecuali sedikit orang yang saya percaya.
Bahkan keluarga di rumah pun nggak saya jelasin mau kemana. Cuman bilang mau jalan-jalan beberapa hari.
Itu pengalaman solo travelling saya yang pertama.
Lokasi yang dituju ada pantai baron di gunungkidul, trus candi borobudur, dan gereja ayam. Sekitar 2 hari 3 malam.
Pengalaman pertama ini memberikan saya "hadiah" tersendiri berupa kepercayaan diri yang tidak saya miliki sebelumnya.
Sepulang dari travel sih rasanya biasa aja. Maksudnya seneng, tapi nggak gempar juga. Tapi pas kembali ke rutinitas kerja dan bertemu rekan-rekan kerja, sontak mereka ngerubutin saya dan teriak, "Main jauh-jauh nggak ngajak-ngajak", "Oleh-olehnya mana?", dsb.
Jujur reaksi mereka yang seperti itu tidak terbayangkan sama sekali. Well, terbayangkan, sih, tapi nggak nyangka bakal seheboh itu.
Dari "pengakuan" kecil seperti itu saya, sebagai orang dengan kepribadian surem, mendapatkan kepercayaan diri yang amat sangat berharga.
Berangkatlah saya ke jogja selama libur lebaran, tanpa memberi tau siapapun kecuali sedikit orang yang saya percaya.
Bahkan keluarga di rumah pun nggak saya jelasin mau kemana. Cuman bilang mau jalan-jalan beberapa hari.
Itu pengalaman solo travelling saya yang pertama.
Lokasi yang dituju ada pantai baron di gunungkidul, trus candi borobudur, dan gereja ayam. Sekitar 2 hari 3 malam.
Pengalaman pertama ini memberikan saya "hadiah" tersendiri berupa kepercayaan diri yang tidak saya miliki sebelumnya.
Sepulang dari travel sih rasanya biasa aja. Maksudnya seneng, tapi nggak gempar juga. Tapi pas kembali ke rutinitas kerja dan bertemu rekan-rekan kerja, sontak mereka ngerubutin saya dan teriak, "Main jauh-jauh nggak ngajak-ngajak", "Oleh-olehnya mana?", dsb.
Jujur reaksi mereka yang seperti itu tidak terbayangkan sama sekali. Well, terbayangkan, sih, tapi nggak nyangka bakal seheboh itu.
Dari "pengakuan" kecil seperti itu saya, sebagai orang dengan kepribadian surem, mendapatkan kepercayaan diri yang amat sangat berharga.
Setelah keberhasilan dalam solo travelling saya yang pertama, jadi ketagihan deh. Ini beneran.
Bulan berikutnya, Agustus, jadi bulan yang cukup banyak aktivitas travellingnya. Nggak jauh-jauh sih, cuman berjarak 2-3 jam dari rumah. Sendiri juga.
Tapi tiap libur kerja selama 3 minggu berturut-turut saya selalu travelling.
3 spot air terjun (Madakaripura, Umbulan, dan Triban), Gunung Bromo, dan wisata mangrove BJBR.
Itu "aneh" dan "asing" buat saya pribadi. Terlihat konyol, tapi emang begitu adanya.
Dan di bulan ini, September, saya kembali solo travelling ke gunungkidul, jogja, dengan cerita yang lebih ekstrim menurut saya.
Bahkan saya punya beberapa rencana solo travelling lagi yang pingin saya wujudkan segera.
Segitu ketagihannya. Wajar, karena memang seru dan menyenangkan.
...
Bulan berikutnya, Agustus, jadi bulan yang cukup banyak aktivitas travellingnya. Nggak jauh-jauh sih, cuman berjarak 2-3 jam dari rumah. Sendiri juga.
Tapi tiap libur kerja selama 3 minggu berturut-turut saya selalu travelling.
3 spot air terjun (Madakaripura, Umbulan, dan Triban), Gunung Bromo, dan wisata mangrove BJBR.
Itu "aneh" dan "asing" buat saya pribadi. Terlihat konyol, tapi emang begitu adanya.
Dan di bulan ini, September, saya kembali solo travelling ke gunungkidul, jogja, dengan cerita yang lebih ekstrim menurut saya.
Bahkan saya punya beberapa rencana solo travelling lagi yang pingin saya wujudkan segera.
Segitu ketagihannya. Wajar, karena memang seru dan menyenangkan.
...
So, apa arti solo travelling buat saya?
Pencerahan. Itu mungkin kalau diringkas dalam satu kata.
Dari solo travelling saya dapat kepercayaan diri, pengalaman, kepuasan, kebahagiaan, ketenangan, bahkan kekhawatiran pun jadi tantangan tersendiri loh, yang somehow jadi kesenangan tersendiri setelah berhasil mengatasinya.
Dari pengalaman yang sedikit ini jelas ada banyak kekhawatiran yang saya alami.
Bingung mau tidur di mana, takut nggak dapet bis, takut kehabisan duit, takut kecopetan, atau takut nyasar juga. Untuk nyasar, itu sebenernya seni-nya travelling loh, menurut saya, hehe..
Sempet beberapa kali, pernah sampe lari ketakutan di tengah-tengah bukit sendirian yang jauh dari peradaban, :p
Trus pernah juga sampe ngeluarin duit lebih buat kembali ke trek yang benar.
Seru loh itu. Emang pas ngalamin ngerasa takut, tapi jauh hari setelah itu, bakal jadi sumber tawa tersendiri.
Trus masalah "Solo"?
Emang sendirian, tapi jujur sejujurnya saya nggak merasa kesepian selama travelling. Karena emang dasarnya saya penyendiri dan pendiam.
Tapi bukan berarti solo travelling cuman buat penyendiri doang kok.
Namanya tempat wisata, pasti penghuninya ramah-ramah dong, dan enak diajak bicara. Saya yang pendiam ini aja bisa bicara banyak sama penjual makanan, sesama pengunjung atau yang lain. Jadi nggak ada alasan buat kesepian. Lagian kalau ngeliat view yang indah kita bakalan dibuat speechless. Iya nggak?
Ada perbedaan yang saya rasakan antara travelling sendirian dan rombongan. Kalau sendirian kita lebih bebas ngambil keputusan tanpa perlu mikirin pendapat orang lain.
Lelah ya istirahat. Masih kuat ya lanjut. Mau kesini kesitu ya langsung berangkat. Tapi kalau rame-rame kan harus diskusi dulu. Malah kadang harus ngalah.
Itu yang paling saya suka dari solo travelling. Kebebasan.
Pencerahan. Itu mungkin kalau diringkas dalam satu kata.
Dari solo travelling saya dapat kepercayaan diri, pengalaman, kepuasan, kebahagiaan, ketenangan, bahkan kekhawatiran pun jadi tantangan tersendiri loh, yang somehow jadi kesenangan tersendiri setelah berhasil mengatasinya.
Dari pengalaman yang sedikit ini jelas ada banyak kekhawatiran yang saya alami.
Bingung mau tidur di mana, takut nggak dapet bis, takut kehabisan duit, takut kecopetan, atau takut nyasar juga. Untuk nyasar, itu sebenernya seni-nya travelling loh, menurut saya, hehe..
Sempet beberapa kali, pernah sampe lari ketakutan di tengah-tengah bukit sendirian yang jauh dari peradaban, :p
Trus pernah juga sampe ngeluarin duit lebih buat kembali ke trek yang benar.
Seru loh itu. Emang pas ngalamin ngerasa takut, tapi jauh hari setelah itu, bakal jadi sumber tawa tersendiri.
Trus masalah "Solo"?
Emang sendirian, tapi jujur sejujurnya saya nggak merasa kesepian selama travelling. Karena emang dasarnya saya penyendiri dan pendiam.
Tapi bukan berarti solo travelling cuman buat penyendiri doang kok.
Namanya tempat wisata, pasti penghuninya ramah-ramah dong, dan enak diajak bicara. Saya yang pendiam ini aja bisa bicara banyak sama penjual makanan, sesama pengunjung atau yang lain. Jadi nggak ada alasan buat kesepian. Lagian kalau ngeliat view yang indah kita bakalan dibuat speechless. Iya nggak?
Ada perbedaan yang saya rasakan antara travelling sendirian dan rombongan. Kalau sendirian kita lebih bebas ngambil keputusan tanpa perlu mikirin pendapat orang lain.
Lelah ya istirahat. Masih kuat ya lanjut. Mau kesini kesitu ya langsung berangkat. Tapi kalau rame-rame kan harus diskusi dulu. Malah kadang harus ngalah.
Itu yang paling saya suka dari solo travelling. Kebebasan.
Saya bersyukur hari itu saya beranikan diri untuk travelling sendiri.
Banyak yang bilang kalau solo travelling itu bisa bikin kita melek akan diri sendiri. Itu juga yang pingin saya raih suatu saat nanti.
Amin.
Amin.
Lahlah...katanya solo traveling,,,kok jalannya ke jogja bukan ke solo kak?? ๐๐